Home / Jakarta / Nasional

Kamis, 19 Mei 2022 - 18:03 WIB

Pertemuan Kedua Sherpa GCRG: Pentingnya Tindakan Kolektif dan Kolaborasi Negara-negara Maju dan Berkembang, Untuk Mengatasi Krisis Global

Buanaangkasa.com-Jakarta:

Untuk membahas kembali berbagai upaya dalam mengatasi tantangan krisis global, terutama yang terkait dengan Pangan, Energi, dan Keuangan global, sebagai dampak dari konflik Rusia-Ukraina, pada Jumat 18 Mei 2022 malam (pukul 23.15 WIB atau 12.15 EDT), telah dilaksanakan Petemuan Kedua Sherpa GCRG (Global Crisis Response Group). Sekretaris Kemenko Perekonomian, Susiwijono Moegiarso selaku Sherpa GCRG Indonesia bersama dengan Sherpa GCRG dari Bangladesh, Denmark, Jerman, Senegal, dan Barbados menghadiri pertemuan secara virtual yang dipimpin oleh Deputi Sekretaris Jenderal PBB, Amina J. Mohammed dan turut dihadiri oleh Sekretaris Jenderal United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD), Rebecca Grynspan.

Melanjutkan pertemuan Sherpa GCRG yang pertama, Sherpa negara-negara Champions GCRG kembali membahas rencana pelaksanaan pertemuan pertama Champions Grup yang terdiri dari para Kepala Negara/ Pemerintahan GCRG, dan mengumpulkan masukan terkait Konsep Brief GCRG Nomor 2 yang telah disusun oleh  GCRG Task Team.

UNCTAD memandang pentingnya forum G7 dan G20 untuk mendengarkan suara dari negara-negara berkembang seperti Bangladesh, Senegal, dan Barbados.  Selain itu, UNCTAD menyerukan agar Jerman dan Indonesia dapat menggalang dukungan politik melalui Presidensi G7 dan G20.

Dalam merespon krisis energi, GCRG menekankan pentingnya mencari titik temu untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini tanpa menghambat proses transisi energi yang setara, merata dan adil. GCRG akan kembali menerbitkan Brief GCRG kedua pada minggu ke-4 Mei 2022 yang berfokus pada isu pangan dan pupuk.

GCRG juga menekankan pentingnya mendorong debt suspension initiative dan alokasi Special Drawing Rights (SDR) baru bagi negara-negara berkembang, untuk membantu krisis finansial akibat pandemi yang diperparah oleh krisis pangan, energi, dan keuangan akibat konflik Rusia dan Ukraina.

Forum G20 sebagai Premier Economic Forum, mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu menyelesaikan permasalahan krisis global. Dengan tantangan yang ada dan krisis global yang terjadi saat ini, G20 melalui Working Group yang ada di dalamnya, diharapkan dapat melakukan sinkronisasi dan sinergi concrete deliverables dengan inisiatif yang dibangun oleh negara anggota GCRG. Sebagai Presidensi G20 tahun 2022, Indonesia menekankan pentingnya tindakan kolektif dan kolaborasi di antara negara-negara maju dan berkembang sebagai tujuan inti G20. “Tindakan kolektif dan kolaborasi yang inklusif di antara negara-negara maju utama dan negara berkembang di seluruh dunia, yang menjadi tujuan inti dari G20, sangat diperlukan dalam upaya mengatasi krisis global”, ujar Sesmenko Susiwijono.

Baca Juga :  Dukungan bagi Korporasi Peternakan Terintegrasi Model Klaster untuk Gerakkan Ekonomi Pedesaan

Sesmenko Perekonomian menjelaskan bahwa pada WG Environment and Climate Sustainability, anggota G20 telah mendesak negara-negara maju untuk memenuhi komitmen untuk memobilisasi implementasi pendanaan iklim. Pendanaan baru dan tambahan diperlukan untuk adaptasi perubahan iklim yang lebih lancar. Krisis energi yang muncul akibat konflik Rusia-Ukraina harus segera ditanggapi dengan pengembangan sumber energi alternatif. Di WG Energy Transition, negara-negara anggota fokus pada peningkatan aksesibilitas energi, khususnya target global pada akses ke energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Kerjasama internasional dalam solusi teknologi sangat penting dalam mengurangi emisi, termasuk di sektor listrik dan industri yang padat energi.

Menyangkut isu keuangan dalam Presidensi G20 Indonesia, terdapat urgensi untuk mendorong upaya global yang terkoordinasi dalam rangka membantu negara-negara yang berjuang dengan berbagai tantangan. “G20 sebagai forum ekonomi utama, memiliki peran sangat penting dalam mengatasi risiko global. Selain potensi krisis pangan, energi, dan keuangan global, penanggulangan inflasi juga menjadi prioritas dan harus direspon dengan kebijakan yang terkalibrasi, terencana, dan terkomunikasikan dengan baik”, tegas Sesmenko Perekonomian.

Selain itu, Susiwijono juga menjelaskan perlunya menjaga kepercayaan ekonomi domestik dan memastikan penanganan pandemi berjalan efektif, merupakan hal yang fundamental dalam menopang pemulihan ekonomi di tengah-tengah meningkatnya risiko global. Bantuan sosial yang ditargetkan untuk mereka yang terdampak dan rentan terkena dampak dari kenaikan harga, bersama dengan upaya untuk membangun penyangga fiskal dan mendorong kesinambungan fiskal, sangat penting dalam merespon peningkatan risiko global.

Deputi Sekretaris Jenderal PBB menegaskan harapan agar konflik Rusia-Ukraina dapat segera berakhir agar potensi krisis tiga dimensi tidak berkelanjutan. “Untuk mengakhiri berlanjutnya krisis pangan, energi dan keuangan diperlukan peran para Champion dalam menggalang dukungan politik dalam kapasitas masing-masing”, ungkap Deputi Sekjen Amina Mohammed. Indonesia juga menyerukan political will dan kerja sama yang kuat dari semua pihak terkait untuk menghentikan krisis global. “Kuncinya adalah konflik harus segera dihentikan”, ujar Sesmenko Perekonomian merespon pernyataan Deputi Sekretaris Jenderal PBB terkait upaya mengakhiri krisis pangan, energi dan keuangan.

Baca Juga :  Presiden Jokowi tiba di Bengkulu dalam rangka kunjungan kerja

Sebelum pertemuan Sherpa, Sesmenko Perekonomian juga menghadiri Pertemuan Steering Committee GCRG on Food, Energy, and Finance yang diselenggarakan secara virtual pada hari yang sama. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Deputi Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed sebagai Ketua Steering Committee dilanjutkan dengan penyampaian analisa dan rekomendasi awal Brief Nomor 2: the Cost of Living Crisis yang disampaikan oleh Sekjen UNCTAD Rebeca Grynspan. Paparan UNCTAD memperoleh respon dari para anggota Steering Committee GCRG, antara lain perwakilan dari WHO, International Chamber of Commerce, African Development Bank, Islamic Development Bank, ILO, UNECE, ECA, UNEP, UNICEF, VCMI, IFAD, dan IMF.

Sebagai respon terhadap krisis Pangan, Energi dan Keuangan, GCRG Task Team merumuskan beberapa rekomendasi awal untuk Brief Nomor 2. Penanganan krisis pangan perlu memastikan pasokan pangan yang adil, mendukung sistem perlindungan sosial, dan mengaktifkan bantuan kemanusiaan. Krisis keuangan juga perlu direspon dengan menyiapkan global debt architecture dengan mengedepankan common framework, memperbaharui Debt Service Suspension Initiative (DSSI), dan memastikan berkurangnya gap pembiayaan jaminan sosial negara berkembang. Rekomendasi kebijakan untuk krisis energi dilakukan melalui pengelolaan permintaan akan energi, meningkatkan bantuan sosial yang tepat sasaran melalui kebijakan jangka pendek dan mempercepat energi terbarukan.

Dalam pertemuan ini Sesmenko Perekonomian didampingi oleh Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional, Kemenko Perekonomian, Edi Prio Pambudi, serta ikut hadir Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral, Kementerian Luar Negeri, Tri Tharyat.

(Red)

Share :

Baca Juga

Nasional

Menko Airlangga Bertemu Menteri Jepang: Tahun 2023 Momentum Terbaik Saling Mendukung, dalam Forum G20 maupun IPEF

Nasional

Presiden Jokowi Jamu Makan Siang Pemimpin G20

Jakarta

Terkait Masa Jabatan Kepala Desa, Presiden: Undang-Undang Membatasi 6 Tahun

Nasional

KPK Tahan Tersangka Suap Pengurus Perkara di MA

Jawa Barat

Pastikan Ketersediaan Pangan, Presiden Tinjau Balai Besar Penelitian Padi di Subang

Jakarta

Presiden Jokowi Instruksikan PPATK Lakukan Terobosan Digital

Jawa Tengah

Menko Airlangga Ajak Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Terlibat Aktif Manfaatkan Momentum Presidensi G20 Indonesia Untuk Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Nasional

Puan Maharani Ingatkan Dewan Awasi Pasokan dan Lonjakan Harga Pangan Jelang Lebaran